Senin, 21 Maret 2011

Jodoh Cinta (Update)

 
Kepada Yang Tercinta,
Pemilik jiwaku dan jiwa yang Kau janjikan untukku

Yang Tercinta, kusampaikan pada-Mu kerinduanku yang mendalam melalui surat ini. Aku tak pernah berputus harapan dari menanti tunainya janji-Mu padaku. Tentang dia, Sang Jodoh Cintaku.
Yang Tercinta, mungkin memang masih Kau simpan ia dengan mesra dariku, dan Kau masih mengujiku, seberapa taat, sabar dan pantasnya aku mendapat anugerah ini dari-Mu.
Yang Tercinta, kupuja Engkau dalam setiap sujudku. Dan Dalam menunggu, kuurai pengertianku lewat beragam kisah para pemuda muslim dalam memperjuangkan jodoh cinta mereka. Semoga aku pun dapat meniru semangat dan keyakinan seperti mereka.
Yang Tercinta, ini bukan suratku yang pertama dan terakhir, bahkan hingga nanti saat telah Engkau sampaikan langkahnya padaku…
(Back Cover “Jodoh Cinta, update”)


———————————————————————–
Jodoh itu seperti pakaian. Terlalu sulit mendeskripsikan untuk menjelaskan tentang jodoh. Dia itu seperti seseorang yang dilahirkan sebagai bagian dari kita, kemudian dipisahkan oleh jarak, waktu, keadaan, tempat, dan lain-lain; hingga akhirnya dipertemukan kembali . Sebagai bagian dari diri kita, sepertinya ada sesuatu yang tak kasat mata yang membuat kita mengenalinya.
Jodoh itu pasti cocok dan pas, apapun keadaannya. Betapapun orang menganggap tidak sebanding, pasti Allah telah mengukurnya. Jodoh kita adalah bagian dari diri kita. Tidak mungkin bagian itu tidak tepat.
Note ini ditutup dengan mengutip firman Allah SWT:
“… Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan…” (QS. Adz Dzariyat:49)

Maka, kita harus yakin bahwa setiap orang sudah ditetapkan siapa jodohnya oleh Allah. Jangan takut kehabisan stock :p. Jangan jadi terburu-buru menikah hanya karena omongan orang yang terasa tidak enak di telinga dan tidak enak di hati. Persiapkan diri, itu pasti. Berusaha, itu harus. Yang paling penting dan pertama sekali adalah: luruskan niat . Serta libatkan Allah SWT dalam prosesnya (salah satunya dengan istikharah). Karena ternyata menikah itu bukanlah tujuan, tapi gerbang awal kehidupan baru kita bersama pasangan, untuk meraih hidup bahagia di dunia, di akhirat dan juga yang terpenting: ridha Allah SWT. Seperti sabda Rasulullah SAW:
“Apabila seseorang melaksanakan pernikahan, berarti telah menyempurnakan separuh agamanya. Maka hendaklah dia menjaga separuh yang lain dengan bertakwa kepada Allah.” (HR. Baihaqi dari Anas bin Malik)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar