Jumat, 18 Maret 2011

^^Sabar Dalam Menanti Jodoh^^


Permintaan Bu’e untuk menikah membuatku gelisah. Apakah aku siap untuk itu? Sedang kakakku satu2nya, Mbak Deh belum menikah. Mbak Deh masih menyelesaikan kuliah S-2 nya di Madinah yang tinggal satu semester. Ketika aku minta pendapatnya, Mbak Deh tersenyum dan menyatakan tidak keberatan jika aku menikah lebih dulu. Tapi aku masih ragu. Ya Allah, apakah Engkau juga menganjurkan untukku menikah? Tapi ya Allah siapa jodohku? Seperti apa calon pasanganku itu?
***
Suasana malam ini lebih dingin dari hari sebelumnya. Hujan di luar yang semula gerimis kini mulai bertambah deras. Rintik hujan yang jatuh seakan asyik bercanda ria dengan  genteng rumah sehingga menghasilkan irama yang tak karuan namun agak sedikit merdu. Di ruang tengah, dengan laptop kesayangan aku sibuk mengerjakan laporan presentasi untuk meeting minggu depan. Lumayan banyak laporan yang harus kuselesaikan, jadi harus segera  dicicil jauh-jauh hari sebelumnya.

Segelas kopi susu hangat buatan Bu’e menemaniku untuk mengerjakan laporan tugas kantor.  Sebenarnya di ruang tengah aku tidak sendiri, ada Bu’e yang juga asyik menonton sinetron kesukaannya, Cintra Fitri season 5. Dari episode pertama Bu’e tidak pernah ketinggalam untuk menyaksikan sinetron favoritnya itu. Di tengah-tengah acara sinetron tersebut, tiba-tiba Bu’e bertanya.

“Le…” tanya Bu’e
“Ada apa Bu’e?” jawabku.
“Bu’e ingin bicara lebih terbuka denganmu.” kata Bu’e sambil mengecilan volume televisi.
“Ya Bu’e, silahkan…” kataku sambil tetap sibuk mengetik di laptop.
“Gimana dengan tawaran Bu’e minggu lalu. Apa kamu sudah punya jawaban?” tanya Bu’e.
“Belum Bu’e, Tole masih sibuk. Banyak tugas kantor juga soalnya” jawabku.
“Begini Le, Bu’e tidak mau karena alasan kamu terlalu sibuk bekerja, kamu melupakan atau lupa untuk menikah” kata Bu’e.

Kupandangi wajah Bu’e sambil tersenyum… 
Bu’e kembali melanjutkan pembicaraannya, “Kamu ini harus segera memutuskan  siapa yang akan kamu pilih untuk dijadikan sebagai istri. Sudah tiga kali lho,  kamu menolak untuk berta’aruf Le… Padahal yang mengajak ta’aruf itu bukan akhwat sembarangan. Bu’e sudah tidak sanggup lagi untuk menolak dan memberikan alasan, malu… nanti dikiranya kita ini angkuh dan pilih-pilih. Kemarin sore, ada lagi seorang akhwat yang ingin untuk berta’aruf dengan kamu. Bu’e kenal baik dengan dia, dan Bu’e percaya sama dia. Dia itu anaknya teman Bapakmu, orangnya soleha. Ya tapi keputusan tetap ditanganmu Le… Kamu sudah dewasa, jadi sudah bisa menimbang sendiri.” kata Bu’e bercerita panjang lebar.

“Tole pernah mengenalnya Bu’e?” tanyaku.
“Barangkali belum. Namanya Anita Khoirunnisa” jawabnya.
“Kalo menurut Bu’e gimana?” tanyaku.
“Ya kalo Bu’e sih ndak masalah, selagi calonmu itu soleha dan patuh kepada suaminya nanti. Karena seorang istri harus mampu mendampingi suaminya untuk menuju kebaikan dunia dan akhirat dengan kesolehannya. Selanjutnya terserah kamu, wong kamu yang menjalani.” jawab Bu’e.

Aku pun berhenti sejenak dari kesibukanku mengetik tugas kantor sambil menutup laptop. “Begini Bu’e, sebenarnya sudah ada seseorang yang akan Tole ajak untuk berta’aruf melalui Ustad Yunus, tapi belum ada jawaban sampai sekarang.”
“Lha itu apa! Siapa namanya, Orang mana dia?” tanya Bu’e.
 “Namanya Silvy, orang Sanggau Bu’e?” jawabku.
“Alhamdulillah… Nah, sekarang tinggal kamu pilih, Anita atau Silvy! Le… Bu’e minta, salah satu dari mereka harus menjadi istri kamu.” pinta Bu’e dengan wajah riang.
“Begini Bu’e, tidak adil rasanya jika Tole harus segera memilih. Sedangkan Tole sendiri belum pernah melihat Anita. Sementara Tole sudah pernah melihat dan kenal sama Silvy. Karena dia pernah satu kampus dengan Tole dan biodatanya pun pernah dititipkan melalui Ustad Yunus.”
“Baik… Baik… nanti kalau teman Bapakmu itu kesini, Bu’e akan suruh dia mengajak si Anita. Insya Allah…” 

Seketika wajah Bu’e malam ini menjadi riang dan tampak cerah, mengalahkan cerahnya langit mendung di luar sana.

===
“Ya Allah, rahasia itu hanya Engkau yang tahu,
Namun aku tak mau menjadi tuna cinta,
Tuntun hatiku dalam sabar dalam menanti jodohku,
Amin…”

2 komentar: