Kamis, 05 Mei 2011

Selalu ada Harapan

Tatkala satu pintu kebahagiaan tertutup, pintu yang lain terbuka, tetapi sering kita begitu terpaku lama pada pintu yang tertutup hingga kita tidak melihat pintu yang terbuka di depan kita (Helen Keller).

Manusia lebih banyak terpaku dan memperhatikan berbagai hal negatif daripada melihat hal yang positif. Keburukan atau kesalahan seseorang lebih mudah diingat dibandingkan dengan banyak hal positif yang telah dilakukannya. Hal ini terbentuk karena sejak kecil kita dididik untuk lebih melihat hal yang negatif, misalnya waktu ulangan kita selalu mendapat penekanan tentang salahnya; guru berkata “Kamu salah 2”, padahal ada 18 soal yang benar, tetapi tidak pernah dikatakan “Kamu benar 18”.

Selain itu, kita pun sering memikirkan terus hal negatif yang telah terjadi; kita menjadi kecewa dan berpikir “seandainya …”, misalnya “seandainya saya tidak lakukan hal tersebut, maka hal itu tidak terjadi”, “seandainya saya tidak pergi, pasti saya selamat”, dan lain-lain. Dengan memikirkan kegagalan yang telah terjadi terus menerus, tidak ada gunanya, karena hal tersebut tidak mungkin mengubah keadaan yang telah terjadi. Yang perlu kita lakukan sekarang adalah mengambil hikmah dari peristiwa tersebut dan melihat bahwa masih banyak harapan dan peluang bagi kita.

Untuk setiap peristiwa yang kita alami pasti ada dampak positifnya bagi kita, hanya memang pikiran kita bersifat instant. Selain itu kita terus memikirkan peristiwa tersebut karena harapan yang telah kita rancang sebelumnya tidak terwujud. Kegagalan masa lalu tersebut minimal memberikan makna bahwa kita perlu terus belajar dan mencari cara baru untuk menyelesaikannya. Kita pun perlu terus melihat ke depan dan melihat peluang lain yang ternyata masih banyak di depan kita, karena percayalah Tuhan memiliki rencana yang indah bagi kita dan terjadi tepat pada waktunya. Amin …

Makna Kegagalan


KEGAGALAN mengajarkan kita untuk rendah hati dan berfungsi untuk menguji daya tahan kita. Kegagalan juga menunjukkan bahwa kita butuh bantuan orang yang tepat untuk selanjutnya (Paulus W).

Tentu saja tidak ada orang yang mau gagal, tetapi kita juga perlu menyadari bahwa kegagalan merupakan bagian dari proses menuju keberhasilan. Tidak mungkin kita meraih keberhasilan tanpa persiapan, tetapi persiapan yang sebaik apa pun tidak menjamin memberikan keberhasilan, karena masih banyak faktor lain yang mempengaruhinya, misalnya tindakan pesaing, keinginan konsumen, perubahan suhu, serta tentu saja kehendak dan rencana Tuhan.

Jadi kegagalan itu merupakan hal yang alami dan dialami oleh semua orang; tidak ada orang yang tidak pernah mengalami kegagalan. Yang penting, jadikanlah kegagalan yang kita alami sebagai batu pijakan untuk melangkah maju. Janganlah menyerah karena kita hanya satu atau dua kali mengalami kegagalan. Thomas Alfa Edison mengatakan bahwa ia ratusan kali gagal, sebelum berhasil menemukan lampu pijar. Saat kita gagal kita membutuhkan semangat untuk melanjutkan dan jangan pernah menyerah.

Di sisi lain, kegagalan juga membuat manusia tidak menjadi sombong. Bayangkan bila ada orang yang tidak pernah gagal …. Lama kelamaan ia akan merasa dirinya hebat, sangat hebat, dan jangan-jangan menganggap dirinya dewa atau bahkan tuhan. Kegagalan membuat kita rendah hati dan menyadari bahwa ada faktor lain yang menentukan keberhasilan kita, misalnya kita membutuhkan bantuan orang lain dan tentu saja pertolongan dari Tuhan yang Maha Kuasa.

Bila kita gagal, berarti ada sesuatu yang kurang dalam diri kita; untuk itu kita perlu belajar lagi. Jangan putus asa, karena banyak orang mengatakan bahwa kegagalan merupakan sukses yang tertunda. Bila kita jatuh, jangan terus meratap, tetapi segera bangkit kembali karena kita masih memiliki harapan untuk meraih kesuksesan pada masa yang akan datang.

Proses Pertemanan


Pertemanan itu seperti sebuah buku; hanya membutuhkan waktu beberapa detik untuk membakarnya, tapi butuh waktu tahunan untuk menulisnya.

Untuk mencari seorang sahabat dibutuhkan waktu yang lama, sedangkan mencari musuh dapat dilakukan dalam waktu yang sangat singkat. Untuk mencari musuh yang banyak, dibutuhkan waktu sekejap, sedangkan untuk mencari sahabat yang cocok dan dapat dipercaya dibutuhkan waktu yang lama.

Untuk mendapatkan sahabat sejati membutuhkan proses yang tidak mudah dan waktu yang tidak sedikit. Hal ini dapat diibaratkan dengan proses menulis sebuah buku yang mungkin membutuhkan waktu beberapa tahun. Tetapi untuk menghancurkan sebuat buku hanya butuh waktu sekejap saja. Hal yang sama terjadi bila kita memutuskan tali pertemanan; hal yang kecil dalam waktu singkat dapat mewujudkan hal tersebut.

Jadi teman atau sahabat yang sudah ada janganlah disia-siakan, tetapi teruslah mempererat hubungan dengan jalan membangun empati, saling memperhatikan, dan saling mengasihi. Ingatlah bahwa persahabatan merupakan suatu investasi yang sangat berharga.