Minggu, 05 Juni 2011

Jangan sampai ada kata "MENYESAL" di kemudian hari

Alkisah, beberapa tahun yang silam, seorang pemuda terpelajar dari Surabaya sedang berpergian naik pesawat ke Jakarta. Di sampingnya duduk seorang ibu yang sudah berumur. Si pemuda menyapa, dan tak lama mereka terlarut dalam obrolan ringan.

”Ibu, ada acara apa pergi ke Jakarta?”, tanya si pemuda.
“Oh… saya mau ke Jakarta terus “connecting flight” ke Singapore nengokin anak saya yang ke-2”, jawab ibu itu.
”Wow, hebat sekali putra ibu”, pemuda itu menyahut dan terdiam sejenak.

Pemuda itu merenung. Dengan keberanian yang didasari rasa ingin tahunya, pemuda itu melanjutkan pertanyaannya.
”Kalau saya tidak salah, anak yang di Singapore tadi, putra yang ke-2 ya bu? Bagaimana dengan kakak adik-adiknya?”
”Oh ya tentu”, si Ibu bercerita:
”Anak saya yang ke-3 seorang dokter di Malang, yang ke-4 kerja di perkebunan di Lampung, yang ke-5 menjadi arsitek di Jakarta, yang ke-6 menjadi kepala cabang bank di Purwokerto, yang ke-7 menjadi Dosen di Semarang.”

Pemuda tadi diam, hebat ibu ini, bisa mendidik anak-anaknya dengan sangat baik, dari anak ke-2 sampai ke-7.
”Terus bagaimana dengan anak pertama ibu?”
Sambil menghela napas panjang, ibu itu menjawab,
”Anak saya yang pertama menjadi petani di Godean Jogja, nak”. Dia menggarap sawahnya sendiri yang tidak terlalu lebar.”

Pemuda itu segera menyahut,
“Maaf ya Bu…...kalau ibu agak kecewa ya dengan anak pertama ibu, adik-adiknya berpendidikan tinggi dan sukses di pekerjaannya, sedangkan dia cuma menjadi petani.“
Dengan tersenyum ibu itu menjawab,
”Ooo, tidak, tidak begitu nak...justru saya sangat bangga dengan anak pertama saya, karena dialah yang membiayai sekolah semua adik-adiknya dari hasil dia bertani.”


Pelajaran: Semua orang di dunia ini penting. Buka matamu, pikiranmu, hatimu. Intinya adalah kita tidak bisa membuat ringkasan sebelum kita membaca buku itu sampai selesai. Orang bijak berbicara, “Hal yang paling penting adalah bukanlah SIAPAKAH KAMU tetapi "APA YANG SUDAH KAMU LAKUKAN ?”

Ketika merindukanmu, aku bicara tentang cinta: mencintai (mu) tidak lebih dari sekedar menunggu.



Ketika merindukanmu, aku bicara tentang cinta: mencintai (mu) tidak lebih dari sekedar menunggu

Cinta yang fitri kata orang bijak adalah buah yang tak mengenal musim dan dapat dipetik oleh siapa pun. Begitulah seharusnya kamu mencintaiku dan sebaliknya.
Ketika seperti itu, risiko yang harus dihadapi adalah jika ternyata kamu mencintai orang lain atau sebaliknya orang yang kamu cintai telah sedang mencintai orang lain. Kalo emang tulus, yaa ikhlas bukanlah suatu pilihan melainkan keharusan.

Mencintai, ketika sekarang, ketika masih seorang lajang adalah tidak lebih dari suatu penungguan. Menunggu sampai seseorang yang memang ditakdirkan oleh-Nya datang. Menunggu apakah orang yang kita cintai sekarang adalah memang dia orangnya, atau seseorang yang kita cintai sekarang tidak lebih dari buku untuk mempelajari cara mencintai seseorang yang akan dikirimkan oleh-Nya.

Mencintai adalah pilihan. Analoginya adalah:
Seseorang yang begitu kamu kenal, katakanlah sahabatmu, mengabarimu, entah dari telpon, sms, imel, fesbuk, twitter, ym atau apapun, bahwa seseorang akan datang untuk menemuimu pada suatu saat nanti, meskipun belum ada penjelasan tentang kapan tepatnya seseorang itu datang, temanmu hanya bilang bahwa seseorang itu PASTI akan datang. Sebelum mendapatkan kabar dari temanmu itu, kamu adalah seseorang yang punya kesibukan, entah itu kuliah, bekerja atau sekedar melakukan kegiatan kecil lainnya. Lantas, setelah mendengar kabar itu apa yang kamu lakukan? Menghentikan semua aktivitas dan mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambutnya, atau sekedar menunggu dengan tetap melakukan rutinitas seperti biasa? Semuanya adalah pilihan. Menunggu atau pun tidak, seseorang itu pasti akan datang.

Begitu juga dengan mencintai seseorang. Allah sudah menuliskan tentang 4 hal yang pasti terjadi dalam kehidupan kita, salah satunya adalah jodoh. Ketika kita tahu bahwa seseorang akan datang, apakah lantas kita akan berdiam diri? Itu adalah pilihan.


Ketika suatu waktu, setelah kita baligh. Perasaan cinta kepada seorang lawan jenis merupakan hal yang wajar. Ketika kita bertemu dengan seseorang, seketika ada yang membuat jantung kita berdegup dan kita biasanya kita akan dibuat gelisah, sampai akhirnya memutuskan bahwa kita telah jatuh cinta pada seseorang tersebut. Sejak saat itu kita kerap menyisihkan waktu untuk membayangkannya, mencoba melukiskan wajahnya di kanvas hati kita, atau sekedar memejamkan mata untuk mengatasi kerinduan yang kian hari kian bermekaran. Ah, na’udzubilah. Cinta yang disebabkan karena kecintaan kita kepada Allah tidak akan mungkin sampai menjerumuskan kita pada titik kesalahan, dosa.

Semakin dewasa, seharusnya kita semakin sederhana dalam mencintai seseorang. Jangan sampai perasaan cinta itu melebihi apa yang kita persembahkan kepada Allah. Ketika kamu mencintai seseorang, ketika cinta it uterus kita rawat, percayalah cinta itu akan tumbuh subur di hati kita. Sekali lagi itu adalah pilihan yang tidak perlu kita permasalahkan. Namun, terkadang kita salah dalam menafsirkan perasaan cinta yang kita tumbuh kembangkan kepada seseorang. Ketika kita tahu bahwa orang yang kita cintai itu mencintai orang lain, setelah banyak pengorbanan kita akukan untuknya, kita akan kecewa, bahkan marah. Na’udzubillah.


Coba sekali lagi kita renungkan. Mencintai seseorang, ketika kita adalah seorang lajang, adalah sebuah pilihan. Ketika kita memilih untuk tidak mencintai siapa pun, seseorang akan tetap datang, sebab Allah telah menciptakan kita secara berpasang-pasangan.

Namun perasaan cinta adalah anugerah, yang jika kita mampu merawatnya dengan baik, itu akan menjadi sebuah berkah. dalam penungguan itu, kita pasti akan bertemu banyak orang. kita tidak pernah tahu kapan akan mencintai seeorang, atau bahkan tiba-tiba mencintai orang lain, lalu tiba-tiba melupakan. percayalah, cinta itu adalah karunia-Nya. yang karunia itu tidak akan pernah hadir jika Allah tidak menghendakinya,

Dan mencintaimu, adalah keberuntungan. Sebab darimu aku belajar bagaimana menjadi ikhlas ketika aku tahu bahwa kamu belum juga mengerti apa yang kurasakan, menjadi ikhlas karena telah mempersiapkan diri jika akhirnya aku tahu bahwa kamu sedang mencintai oang lain, menjadi ikhlas sebab aku tahu, seseorang pasti datang untukku. Aku sepenuhnya menyadari, untuk apa sakit hati ketika tahu bahwa kamu tak mencintaiku. sebab mencintai (mu) tidak lebih dari sekedar menunggu, bahkan mengisi waktu luang sambil online, makan coklat, baca buku atau apalah. yaah, walau terkadang, ketika sepi benarbenar berwajah rindu, aku akan bersedih, tak tahu kenapa aku harus bersedih.