Kamis, 21 Februari 2013

Ayah, Bunda... Ijinkan Aku Menikah


 
“Ketika hati ini telah jatuh dalam lembah bernama cinta...
Ketika virus-virusnya telah meracuni dan menyebar kesuluruh jiwa..
Maka  “antibodi” bernama akal sehat telah terkalahkan begitu saja...
Segala cara dan upaya dilakukan untuk menunjukkan kepada sang pujaan hati..
Bahwa “inilah cinta..”

Cinta yang di anugrahkan oleh Rabb kita..
cinta yang indah..
cinta yang tulus..
cinta yang tidak akan lengkang oleh waktu...
ya karena cinta memang  yang begitu ‘sempurna’.....”
Dear Ayah dan Bunda....
Tanpa terasa.. sudah sekian lama aku hidup bersama kalian...
Hidup dalam naungan cinta dan kasih sayang yang tiada henti bersama kalian..
Bersama saudara-saudarku.. kakak dan adik....
Adalah sebuah karunia yang terindah dalam hidupku...

Dari kalian aku tahu...
Apa itu baik.. dan apa itu buruk...
Dari kalian pula.. aku belajar berjalan dan bertahan dalam kerasnya roda kehidupan...

Cinta dan kasih sayang yang kalian tanamkan..
Telah mampu menunjukan pada diriku..
Bahwa hidup dengan cinta itu sangatlah indah...
Sangat berwarna....

Ayah dan Bunda....
Saat detik jam berdetak untuk kesekian kalinya...
Aku tersadar...
Bahwa aku kini bukan “putri kecil” kalian lagi...
Kata orang aku sudah beranjak dewasa...
Benarkah????

Entah mengapa...
Aku mulai merasakan ada yang berubah pada diriku...
Fisikku.. kepribadianku... sifatku...bahkan perasaanku

Ketika ada seseorang datang dan memberikan perhatian padaku...
Aku merasa berbeda...
Ada debar-debar aneh dalam hatiku....

Ketika dia menyapaku... aku sangat senang dan tersipu..
Namun ketika dia menghilang... aku merasakan gundah yang luar biasa...
Terkadang... hati ini merajuk ..
Ingin rasanya mendapat perhatian lebih darinya..
Bukan berarti perhatian dari kalian tidak memuaskanku...
Tapi entahlah... sepertinya perhatian yang dia berikan padaku terasa “berbeda” dari yang kalian berikan.... Terasa lebih indah...
Aku sering marah bila sikapnya terlalu cuek padaku...
Sering menangis manakala dia mengacuhkan dan menyakiti perasaanku...

Bunda...
Aku tidak tau.. apa yang terjadi pada diriku saat ini ???
Apa ada yang salah dengan diriku??

Benarkah aku telah jatuh hati padanya???
Benarkah virus merah jambu itu telah membuat hatiku “sakit” seperti ini...??
Apa dulu bunda merasakan apa yang aku rasakan sekarang?

Aku tidak tahu...
Bagimana aku harus mengatur perasaanku...
Semua cinta dan sayang yang ada dalam hatiku ini muncul tanpa aku memintanya..

Aku tau...
Mungkin aku belumlah pantas memupuk rasa ini..
Tapi aku ini hanya perempuan biasa yang terkadang tidak mampu menolaknya...
Aku seperti dirimu bunda...
Yang tersenyum manakala senang..
Yang menangis manakala sedih..
Dan marah manakala kecewa....

Aku ingin belajar hidup sepertimu...
Belajar mencintai pasangan seumur hidupku...
Belajar mencintai dan menyayangi anak-anakku kelak...

Ayah dan Bundaku tercinta....
Bolehkah aku mengajukan sebuah permintaan padamu??

Ijinkan aku menikah....
Ijinkan aku memupuk perasaan dalam hatiku ini..
Ijinkan aku untuk mencintainya dan menyayanginya dengan cara yang syar’i...
Ijinkan aku hidup bersama orang yang ku cintai..

Rasanya aku tidak sanggup untuk membuang jauh-jauh perasaan yang ada dalam hatiku ini...
Aku begitu mencintainya..
Bagitu mengharapkanya...
Tapi aku tidak bisa menunjukkanya..
kecuali bila aku telah resmi memilikinya..
Karena itulah jalan yang halal..
Jalan yang diridhoi Alloh bagi hambanya yang saling mencinta..
Jalan yang disamping kanan-kirinya terhampar limpahan pahala...

Aku sadar..
Aku memang masih muda..
Bahkan mungkin.. kalian masih menganggapku “gadis kecil” manja dan kekanak-kanakan...
Tapi.. apakah usai itu adalah patokan kedewasaan Ayah??
Apa usia muda itu suatu kesalahan untuk berumah tangga Bunda??

Aku ingin belajar tentang kehidupan...
Aku ingin belajar lebih dalam mengenal cinta dan sayang..
Aku ingin belajar lebih dewasa...
Aku ingin belajar berumah tangga...

Permintaanku hanya satu..

Kepercayaan...

Agar aku yakin..
Bahwa aku bisa menjadi seorang istri yang baik sepertimu Bunda.
Juga bisa menjadi ibu teladan bagi anak-anakku kelak..
Semoga....................



-ketika mulut tak sanggup mengungkap..biarkanlah hati yang bicara...-
didedikasikan kepada saudariku yang sedang "berjuang"