bismillahirahmanirahim
Suami saya adalah seorang insinyur, saya mencintai sifatnya yang alami dan Saya
menyukai perasaan hangat yang muncul dihati saya ketika saya bersandar di
bahunya yang bidang.
Dua tahun dalam masa pernikahan,saya harus Akui, bahwa saya mulai merasa
lelah, alasan-alasan saya mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang
menjemukan. Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-benar sensitif serta
berperasaan halus. Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang
menginginkan permen. Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan.
Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan. Rasa sensitif-nya kurang.
Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam pernikahan
kami telah mementahkan semua harapan saya akan cinta yang ideal.
Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya kepadanya,
bahwa saya menginginkan perceraian.
“Mengapa?”, dia bertanya dengan terkejut. “Saya lelah, kamu tidak pernah
bisa memberikan cinta yang saya inginkan”. Dia terdiam dan termenung sepanjang
malam di depan komputernya, tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu,
padahal tidak.
Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat
mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa saya harapkan darinya? Dan
akhirnya dia bertanya, “Apa yang dapat saya lsayakan untuk merubah pikiranmu?”.
Saya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan pelan, “Saya punya
pertanyaan, jika kau dapat menemukan jawabannya di dalam hati saya, saya akan
merubah pikiran saya: Seandainya, saya menyukai setangkai bunga indah yang ada
di tebing gunung dan kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan
mati.
Apakah kamu akan melakukannya untuk saya?” Dia termenung dan akhirnya
berkata, “Saya akan memberikan jawabannya besok.”. Hati saya langsung gundah
mendengar responnya.
Keesokan paginya, dia tidak ada di rumah, dan saya menemukan selembar kertas
dengan oret-oretan tangannya dibawah sebuah gelas yang berisi susu hangat yang
bertuliskan …
“Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan saya
untuk menjelaskan alasannya.” Kalimat pertama ini menghancurkan hati saya. Saya
melanjutkan untuk membacanya.
” Sayang ketika kamu mengetik di komputer lalu program-program di PC-nya
kacau dan akhirnya kau menangis di depan monitor, saya harus memberikan
jari-jari saya supaya bisa membantumu dan memperbaiki programnya dan kamu bisa
menyelesaikan pekerjaanmu.
Sayang, kamu juga selalu lupa membawa kunci rumah ketika kamu keluar rumah,
dan saya harus memberikan kaki saya supaya bisa mendobrak pintu, dan membukakan
pintu untukmu ketika pulang.
Sayang, kamu suka jalan-jalan ke luar kota tetapi selalu nyasar di
tempat-tempat baru yang kamu kunjungi, saya harus menunggu di rumah agar bisa
memberikan mata saya untuk menunjukkan jalan kepadamu.
Sayang, kamu selalu sakit dan pegal-pegal pada waktu “teman baikmu” datang
setiap bulannya, dan saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kakimu
yang pegal.
Cinta, ketika kamu sedang diam di rumah, dan saya selalu kuatir kamu akan
menjadi “aneh”. Maka saya harus membelikan sesuatu yang dapat menghiburmu di
rumah atau meminjamkan lidahku untuk menceritakan hal-hal lucu yang saya alami.
Cinta, kamu terlalu sering menatap layar kaca TV dan Komutermu serta membaca
buku sambil tiduran dan itu tidak baik untuk kesehatan matamu, maka saya harus
menjaga mata saya agar ketika kita tua nanti, saya masih dapat menolong
mengguntingkan kukumu dan mencabuti ubanmu. Tanganku akan memegang tanganmu,
membimbingmu menelusuri pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yang indah.
Menceritakan warna-warna bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya
wajahmu.
“Tetapi sayangku, saya tidak akan mengambil bunga itu untuk mati. Karena,
saya tidak sanggup melihat air matamu mengalir menangisi kematianku. Sayangku,
saya tahu, ada banyak orang yang bisa mencintaimu lebih dari saya mencintaimu.
Untuk itu sayang, jika semua yang telah diberikan tanganku, kakiku, matsaya,
tidak cukup bagimu. Saya tidak bisa menahan dirimu mencari tangan, kaki, dan
mata lain yang dapat membahagiakanmu.”
Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur,
tetapi saya tetap berusaha untuk membacanya.
“Dan sekarang, sayangku, kamu telah selasai membaca jawaban saya. Jika kamu
puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkanku untuk tinggal di rumah
ini, tolong bukakan pintu rumah kita, saya sekarang sedang berdiri disana
menunggu jawabanmu. Jika kamu tidak puas, sayangku, biarkan saya masuk untuk
membereskan barang-barangku, dan saya tidak akan mempersulit hidupmu.
Percayalah, bahagia saya bila kau bahagia.”
Saya segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu
dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang susu dan roti kesukaanku.
Aku peluk dia penuh kebahagiaan, oh, kini aku tahu, tidak ada orang yang
pernah mencintai aku lebih dari dia mencintaiku.
Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang
dari hati kita karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam wujud
yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain
yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.
Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari pasangan
kita, padahal tanpa kita sadari Cinta itu telah terwujud dalam bentuk yang lain
walau tidak sesuai dengan wujud yang kita harapkan
Seringkali kali kita menuntut Cinta kepada pasangan kita, namun jarang
terfikir oleh kita sejauhmana Cinta yang telah kita berikan padanya. Berikan
Cinta Kasih yang tulus kepadanya, kalaupun dia belum membalasnya yakinlah Allah
pasti akan membalas dan membisikkan CintaNYA kepadanya untuk diberikan kepada
kita.
Di bawah naungan ajaran Islam, kedua pasangan suami istri menjalani hidup
mereka dalam kesenyawaan dan kesatuan dalam segala hal; kesatuan perasaan,
kesatuan hati dan dorongan, kesatuan cita-cita dan tujuan akhir hidup dan lain-lain.
Di antara keagungan al-Qur’an dan kesempurnaannya, kita melihat semua makna
tersebut, baik yang sempat terhitung atau pun tidak, tercermin pada satu ayat
al-Qur’an, yaitu:
“Mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka.”
(al-Baqarah:187)
aqu baca brulang kali msh mencari maknanya...
BalasHapusbtw terus menulis donk
beneran sampe sekarang msh blm nemu makna'a..?
BalasHapuscoba deh baca sekali lg dengan hati..