Selasa, 05 April 2011

Kehilangan 1






Aku menangis sendirian di teras rumahku. Sesekali ku basuh air mata yang tumpah dengan ujung seragam sekolahku. Wajahku kuyup oleh air mata yang tumpah sepanjang perjalanan pulang dari sekolah sampai ke rumah. Dan sesampainya di rumah, entah kenapa tak ada keinginan untuk mengetuk pintu rumah, aku justru langsung terduduk dan menangis sesenggukan di teras ini.

Tak lama pintu rumah terbuka, ibu. Wajahnya terkejut mendapati gadis kecil berseragam putih-merah menangis di teras rumahnya, gadis kecilnya. Tak banyak bicara ibu duduk di sampingku lalu memelukku sambil bertanya lembut.

“Ada apa sayang?” 

Aku tak menjawab, tapi justru menangis lebih keras dalam pelukan ibu. Ibu mempererat dekapannya, membiarkan dasternya basah oleh air mata. Dan ketika tangis gadis kecilnya mereda, ibu bertanya sekali lagi.

“Kamu nggak papa kan sayang? Ayo cerita sama ibu ada apa”

Aku kembali menghapus sisa air mata dengan ujung seragamku sebelum menjawab pertanyaan ibu. 

“Aku nangis karena kotak pensil kesayangan aku, yang hadiah naik kelas dari ibu hilang. Tadi waktu istirahat aku tinggal di meja, tapi waktu aku balik udah nggak ada. Aku udah bongkar tas aku, periksa laci meja, cari keliling kelas, tapi tetep nggak ada. Temen sekelas udah aku tanyain satu-satu tapi nggak ada yang lihat juga. Kata bu guru aku disuruh relain aja, nanti aku dapet yang baru, tapi itu kan kotak pensil kesayangan aku bu, buat dapetinnya aja pake syarat naik kelas dulu dari ibu. Aku nggak mau yang baru, aku cuma mau kotak pensilku.”

Ibu tersenyum mendengarkan penjelasanku, putri kecilnya. Dipeluknya aku sekali lagi, lalu sambil mengusap lembut rambutku ibu berkata:

“Kamu sayang banget sama kotak pensilmu itu?” 

Aku mengangguk

“Dan sekarang kotak pensil itu hilang?” 

Aku kembali mengangguk

“Kamu udah cari kemana-mana tapi nggak ketemu?” 

Aku mengangguk sekali lagi

“Sekarang ibu tanya deh, kalau kamu nangis-nangis gini, tempat pensil kamu balik nggak?” 

Aku menggeleng lemah 

“Nah, denger ibu yah sayang! Kamu sayang tempat pensil itu, kamu berusaha jaga baik-baik, tapi ketika hilang, dan kamu udah berusaha mencari kemana-mana dan kotak pensil itu terlanjur hilang, air matamu itu tetap nggak akan mengembalikan kotak pensil yang hilang itu. Air mata itu cuma ngotorin wajah kamu tanpa bisa membawa kembali kotak pensilmu yang udah terlanjur nggak ada. Jadi yang pertama kali harus kamu lakukan adalah membiarkan kotak pensil itu hilang.

“Tapi aku nggak punya tempat pensil lagi dong bu?”  Potongku

“Sekarang kamu emang nggak punya, tapi ibu janji ibu bakal beliin kamu kotak pensil baru, yang lebih bagus, dan gak perlu nunggu kamu naik kelas.” 

Aku tersenyum mendengar janji ibu

“Nah, gitu dong senyum. Mulai sekarang kalau kamu hampir atau sudah kehilangan sesuatu, terus kamu sudah berusaha mempertahankan dan mencari yang hilang, lalu nggak berhasil, kamu gak perlu nangis. Karena punya kamu itu sengaja dihilangkan Tuhan supaya kamu bisa lebih menghargai yang kamu punya dan kemudian diganti sama yang lebih baik. Kalau kamu sadar itu kamu pasti gak mungkin sedih kan? Jangan cuma kamu lihat hilangnya aja, tapi ambil hikmahnya, kamu dapat ganti yang lain yang lebih baik buat kamu, iya kan?” 

Aku mengangguk bersemangat, lega. Senyum lebar menghiasi wajahku

Tanpa aku tahu akan banyak kehilangan lain yang harus kuhadapi di depan sana, lebih dari sekedar kehilangan kotak pensil.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar