Seperti biasa Roy,
Kepala Cabang di sebuah perusahaan swasta terkemuka di Surabaya, tiba di
rumahnya pada pukul 9 malam.Tidak seperti biasanya, Sarah, putri pertamanya
yang baru duduk di kelas tiga SD membukakan pintu untuknya. Nampaknya ia sudah
menunggu cukup lama. “Kok, belum tidur ?” sapa RoY sambil mencium anaknya.
Biasanya Sarah
memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat
ke kantor pagi hari. Sambil membuntuti sang Papa menuju ruang keluarga,
Sarah menjawab,
“Aku nunggu Papa pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Papa ?”
“Lho tumben, kok
nanya gaji Papa ? Mau minta uang lagi, ya ?”
“Ah, enggak. Pengen
tahu aja” ucap Sarah singkat.
“Oke. Kamu boleh
hitung sendiri. Setiap hari Papa bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp.
400.000,-. Setiap bulan rata-rata dihitung 22 hari kerja. Sabtu dan Minggu
libur, kadang Sabtu Papa masih lembur. Jadi, gaji Papa dalam satu bulan berapa,
hayo ?”
Sarah berlari
mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar sementara Papanya melepas
sepatu dan menyalakan televisi.
Ketika Roy beranjak
menuju kamar untuk berganti pakaian, Sarah berlari mengikutinya. “Kalo satu
hari Papa dibayar Rp. 400.000,- untuk 10 jam, berarti satu jam Papa digaji
Rp.40.000,- dong” katanya.
“Wah, pinter kamu.
Sudah, sekarang cuci kaki, tidur” perintah Roy.
Tetapi Sarah tidak beranjak.
Sambil menyaksikan Papanya berganti pakaian, Sarah kembali bertanya, “Papa, aku
boleh pinjam uang Rp. 5.000,- enggak ?”
“Sudah, nggak usah
macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini ? Papa capek. Dan mau
mandi dulu. Tidurlah”.
“Tapi Papa?”
Kesabaran Roy pun
habis. “Papa bilang tidur !” hardiknya mengejutkan Sarah. Anak kecil itu pun
berbalik menuju kamarnya. Usai mandi, Roy nampak menyesali hardiknya. Ia pun
menengok Sarah di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Sarah didapati
sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp. 15.000,- di tangannya.
Sambil berbaring
dan mengelus kepala bocah kecil itu, Roi berkata, “Maafkan Papa, Nak, Papa
sayang sama Sarah. Tapi buat apa sih minta uang malam-malam begini ? Kalau mau
beli mainan, besokkan bisa. Jangankan Rp. 5.000,- lebih dari itu pun Papa
kasih” jawab Roy
“Papa, aku enggak
minta uang. Aku hanya pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi
dari uang jajan selama minggu ini”.
“lya, iya, tapi
buat apa ?” tanya Roy lembut.
“Aku menunggu Papa
dari jam 8. Aku mau ajak Papa main ular tangga. Tiga puluh menit aja. Mama
sering bilang kalo waktu Papa itu sangat berharga. Jadi, aku mau ganti waktu
Papa. Aku buka tabunganku, hanya ada Rp. 15.000,- tapi karena Papa bilang satu
jam Papa dibayar Rp. 40.000,- maka setengah jam aku harus ganti Rp. 20.000,-.
Tapi duit tabunganku kurang Rp. 5.000, makanya aku mau pinjam dari Papa” kata
Sarah polos.
Roy pun terdiam. ia
kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat dengan perasaan
haru. Dia baru menyadari, ternyata limpahan harta yang dia berikan selama ini,
tidak cukup untuk “membeli” kebahagiaan anaknya.
So, jangan habiskan
waktumu untuk harta yang tidak seberapa itu , makanya jangan terus
jadi karyawan mulailah belajar menjadi “pengangguran”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar